Ayu Ingin Berbakti


                Ayu adalah anak ibu satu-satunya yang sangat rajin. Setiap hari setelah pulang sekolah Ayu selalu membantu ibu berjualan mie ayam di alun-alun. Ayu tidak pernah malu membantu ibu. Ayu justru merasa bahagia bisa membantu ibunya berjualan. Ibu sudah sangat letih dan Ayu tidak mau sekali pun membuat hati ibu sedih. Oleh karena itu, Ayu selalu ceria ketika membantu ibunya.
                Ayu juga anak yang taat pada perintah ayah. Ayah selalu menyuruhnya untuk rajin belajar supaya pintar. Ayu pun menjalankan perintah ayah dengan baik. Ayah selalu bilang, belajarlah karena Allah, jangan karena ayah, ibu, atau bu guru. Ayu sangat sayang pada ayah, tetapi ada satu hal dari ayah yang tidak Ayu suka. Ayah perokok. Ayu tidak suka itu.
                Setiap hari, setiap pulang sekolah, ayah pasti menyuruh Ayu membelikannya rokok di warung. Selama ini Ayu menurut karena Ayu sayang ayah. Ayah hanya seorang tukang becak. Sudah tentu ayah sangat lelah dalam kesehariannya. Belum lagi ayah juga harus membantu ibu mendorong gerobak dagangan. Ayah juga yang menyiapkan segala peralatan jualan ibu. Tak jarang pula ayah membantu ibu dengan berbelanja di pasar. Ayu tidak ingin membuat hati ayah sedih dengan menolak perintahnya. Ayu tidak ingin ayah kecewa dan marah.
                “Assalamualaikum, Yah.” ucap Ayu sepulang sekolah. Seperti biasa, di rumah hanya ada ayah karena ibu sudah berangkat ke alun-alun sejak pagi. Ayu mencium tangan ayah dan ayah mengelus kepalanya lembut.
                “Waalaikumsalam. Kenapa pulang terlambat? Ayah sudah menunggu lama lho.”
                “Iya, Ayah, maaf ya tadi di jalan Ayu bertemu teman terus kita ngobrol sampai lupa waktu hehehe.”
                “Yasudah, lain kali jangan diulangi lagi ya. Ayah cemas.”
                “Iya.”
                “Ayo ganti baju sana, kita bersiap ke tempat ibu. Setelah ganti baju, tolong belikan ayah rokok dulu ya.”
                Ayu diam. Ia lalu masuk ke dalam kamar untuk mengganti bajunya. Ayu tak berani menolak perintah ayah. Barusan di sekolah ibu guru bilang bahwa rokok adalah pembunuh pelan tapi pasti. Merokok dapat mengancam kesehatan seseorang. Ayu tidak mau ayah sakit gara-gara sering merokok. Tapi Ayu tak pernah berani menolak perintah membelikan ayah rokok. Ayu sedih dan bingung.
                “Ini uangnya ya. Tolong belikan satu bungkus rokok seperti biasa.”
                “Iya, Yah.”
                “Jangan lama-lama ya. Kasian ibu sudah menunggu.”
                “Iya, Ayah.”

                Hari ini Ayu kembali pulang terlambat. Ayah sudah menunggu lama dan semakin cemas. Tidak biasanya Ayu pulang terlambat. Karena lama menunggu akhirnya ayah membawa becaknya ke sekolah Ayu. Siapa tahu ada sesuatu yang menimpa putrinya di sekolah. Akan tetapi, ayah tidak menemukan siapa-siapa di sekolah. Sekolah sudah sepi. Menurut keterangan penjaga sekolah, anak-anak kelas V hari itu pulang lebih awal karena wali kelasnya sakit. Mendengar itu, ayah pun semakin cemas.
                “Ayu, ke mana kamu, Nak?” kata ayah gusar.
                Ayah melanjutkan mengayuh becaknya ke alun-alun, ke tempat ibu berjualan. Ayah sampai menolak beberapa penumpang saking paniknya. Ayah hanya ingin cepat-cepat sampai dan mengetahui kabar anaknya.
                “Bu, Ayu di sini?” tanya ayah panik.
                “Lho ayah kenapa sampai panik begitu? Iya, Ayu ada di sini sejak tadi.”
                “Oh, syukurlah. Ayah cemas sekali karena dia tidak pulang ke rumah. Di mana dia sekarang, Bu?”
                “Sedang ibu suruh beli cabe di pasar. Mungkin Ayu lupa bilang, Yah. Hari ini dia pulang lebih awal katanya.”
                “Ini kedua kalinya lho, Bu, Ayu pulang terlambat. Kalau ayah perhatikan, akhir-akhir ini Ayu selalu murung setiap pulang sekolah. Makanya ayah cemas.”
                “Ah, masa sih, Yah? Selama di sini Ayu baik-baik saja. Tetap ceria dan selalu terseyum kepada pelanggan.”
                “Ya semoga itu cuma perasaan ayah saja ya, Bu.”
                “Iya, Ayah jangan berpikir macam-macam ya.”
                “Yasudah. Ayah beli rokok dulu ya, Bu.”
                “Ayah... Ayah, kapan mau berhenti merokok?”
                “Hehehe.”

                Sejak saat itu, Ayu lebih sering pulang terlambat. Bahkan, Ayu sering tidak pulang dulu ke rumah sepulang sekolah. Ayu langsung ke tempat ibu di alun-alun. Saat ditanya, Ayu hanya tersenyum dan menjawab kalau ia sudah tidak sabar ingin membantu ibu. Ayah tidak tahu kenapa akhir-akhir ini anaknya jadi berubah sikap seperti itu. Setiap kali ayah mengungkapkan perasaannya tentang Ayu, ibu selalu menyuruhnya berbaik sangka. “Mungkin Ayu memang sedang semangat membantu ibu, Yah” begitu komentar ibu. Ayah pun hanya bisa berdoa semoga memang benar begitu keadaannya.
                Sampai pada suatu malam, ayah masuk ke kamar Ayu. Dilihatnya wajah putrinya sedang tertidur lelap sambil mendekap guling. Ayah membelai pipi Ayu kemudian mengecup keningnya. Ayah sangat sayang kepada Ayu.
                “Selamat tidur, anakku. Teruslah menjadi anak kebanggaan ayah dan ibu.”
                Ketika hendak menaikkan selimut, ayah melihat sebuah bungkus rokok tergeletak di tempat tidur Ayu. Ayah kaget, bagaimana mungkin Ayu menyimpan rokok? Ayah lekas membuka bungkus rokok itu, ternyata tidak ada rokok di sana. Syukurlah, ayah menemukan secarik kertas bertuliskan tangan Ayu. Ayah pun membaca tulisan tangan Ayu itu. Dan ayah menangis.

                Aku ingin berbakti.
                Ayu sayang ayah. Ayu bangga sekali pada ayah. Tapi Ayu tidak suka rokok ayah. Ayu sering terbatuk dan sesak kalau sedang mengobrol dengan ayah. Karena ayah merokok.
                Akhir-akhir ini Ayu sengaja tak pulang dulu ke rumah. Ayu gak mau disuruh beli rokok sama ayah. Ayu sedih. Rokok itu kan tidak baik bagi kesehatan. Ayu gak mau ayah sakit. Ayah sering batuk. Ibu juga. Ayu juga.
                Tapi Ayu gak berani menolak perintah ayah. Ayu hanya ingin berbakti sama ayah dan ibu.
                Ayah boleh suruh Ayu apa aja. Tapi jangan suruh Ayu beli rokok ya Yah. Ayu gak mau. Maafkan Ayu, ayah. Maafkan kalau Ayu tidak berbakti. Maaf kalau Ayu tak menuruti perintah ayah.
                Selamat ulang tahun, Ayah.

                Ayah baru sadar bahwa besok adalah hari ulang tahunnya. Ayah pun akhirnya menyadari sikap aneh Ayu belakangan ini. Ternyata Ayu tak mau pulang ke rumah hanya karena tak kuasa menolak perintah ayah. Ayu tak mau menolak perintah ayah, tapi Ayu juga tak mau membeli rokok untuk ayah.
                Ayah pun tak henti-hentinya mengusap air matanya. Sejak saat itu ayah bertekad untuk berhenti merokok. Demi diri ayah sendiri dan orang-orang di sekelilingnya yang ayah sayangi dan menyayanginya.

0 Response to "Ayu Ingin Berbakti"

Posting Komentar